Jumat, 29 November 2013

Cerpen Yang Amat Sangat Biasa

“MENJAGA HARAPAN DI RUMAH KEBANGGAAN”

R

umah adalah tempat tinggal, tempat berteduh sekaligus tempat berlindung dari keadaan terik panas di siang hari dan keadaan yang dingin di malam harinya, begitu fungsi dasar rumah siapapun pada intinya dan begitu juga dengan rumah kami (harapan).

Namun yang nampak kini semuanya terlihat meragukan, jauh dari kata sederhana bahkan kalian mungkin menilai tak layak namun ini tetaplah rumah kebanggan kami. Kalian takan menemukan taman ataupun halaman selain pagar bambu yang kini telah usang dimakan waktu dan cuaca, takan kalian temukan juga muka asli rumah kami semua seakan terlihat sama dilihat dari sudut manapun bahkan terkesan seperti “saung sawah” yang mungkin lebih baik dari itu...

Jangan berharap duduk diatas sofa di ruang tamu ketika kalian bertamu, sebab itu suatu hal yang juga takan kalian dapatkan disini, tapi percayalah kami akan sangat hangat dan selalu menyediakan beberapa gelas air dingin yang menyegarkan hati.

Kotak, 4x4m. Begitulah kurang lebih ukuran bangunan ini!!!
tak ada kamar mandi/wc, jika kami berkeperluan dengan yang ada sangkut pautnya dengan air, sungai tak jauh di belakang rumah kami jadi andalan. Tak ada dapur dan tak ada ruang tamu semuanya sudah kami dekor menjadi satu set di sini.

Ada Aku, Ayah dan Ibu dirumah kami, kami memang tinggal bertiga setelah kakak saya meninggal sekitar 7 tahun lalu, mungkin saat aku berumur 5 tahun.
ayah dan ibu setiap hari bekerja dikantor yang sama, kantor yang disediakan alam. Setiap pagi mereka berangkat ke tanah suci yang mereka tanami dengan padi dan umbi-umbian, itu yang menjadi andalan kami untuk menyambung hidup. Namun sayangnya itu bukan punya kami, Ayah dan Ibu hanya dipercaya untuk merawatnya saja, tak lebih dari itu.

Aku masih bertahan sekolah dan kini aku duduk dibangku kelas 6, di salah satu SD yang ada di sekitar tempat tinggal kami. Sesekali akupun ikut, turut membantu ayah dan ibu bekerja.
”Entah kenapa aku bisa bertahan (sekolah) sampai sekarang, dan mengapa aku harus bertahan”, ketika pertanyaan itu aku tanyakan kepada ayah dan ibu, mereka dengan kompaknya menjawab “karena kamu harapan dan harapan harus terus dijaga dan dipertahankan”.

“Ayah dan ibu takan membiarkan masa depan kamu sama seperti kami, apapun akan kami lakukan, akan kami korbankan demi menjaga terangnya jalan yang akan kamu lalui nanti. Dan dengan terangnya jalanmu nanti ayah dan ibu berharap kamu tak tersesat dan tak salah memilih jalan mana yang harus kamu pilih dan juga ayah dan ibu percaya pilihan terbaikmu akan membawa hidupmu bahagia”, tambah mereka.

Itu yang membuatku selalu punya alasan untuk bertahan dan terus belajar, dan janji ini selalu terjaga untuk tak sedikit pun mengecewakan mereka.

Hari ini genap seminggu rumah kami selalu terbanjiri air hujan yang turun deras, menguras atap rapuh yang kini menjadi bocor karena tak kuat menahannya, memang saat ini sedang musim penghujan. Selain itu salah satu pondasi yang menahan tegaknya rumah kami kini tak kuat lagi berdiri tegak. Bukan tak terfikirkan hal ini akan terjadi tapi kami pun sadar tak mungkin merenovasi begitu saja rumah kebanggan kami ini, butuh biaya yang tak sedikit untuk itu, namun sedikit uang yang telah kami kumpulkan yang seharusnya kami gunakan untuk hal ini tak terasa kini tak tersisa karena kami gunakan untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.

Bangunan tempat aku menjaga janji dan membentuk asa, tempat ayah dan ibu menjaga harapan dan tempat kami berlindung dan bertahan dari kerasnya kehidupan kini nampak tak kuat menahan beban dan keadaan.

Kami hanya seada dan semampunya melakukan perbaikan, atap yang bocor kami tambal dengan plastik yang kami rajut, pondasi yang mulai runtuh kami tegakan kembali dengan pondasi buatan kami yang kami rakit dari bambu-bambu yang semua kami dapatkan dari sampah sungai belakang rumah kami.

Semoga ini setidaknya bisa meyakinkan rumah kami untuk tetap bertahan dari beratnya beban dan keadaan buruk, seperti halnya Ayah dan Ibu meyakinkan aku untuk tetap bertahan meraih terangnya jalan dan kehidupan.

Sempatkanlah kalian berkunjung ke rumah kami, kami pasti selalu menyediakan air dingin untuk menyejukan hati.

Created By;

Sansan Munawar

Mei, 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar